Jumat, 22 Desember 2017

HARI MIGRAN INTERNASIONAL BERSAMA NURANI IBU

Berkecukupan secara ekonomi pastilah menjadi cita-cita semua orang. Banyak jalan yang harus dilakukan , semua itu disesuaikan dengan kehidupan lingkungan ,pendidikan dan latar belakang masalah yang ada. Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu Kabupaten Kecil dengan 60 % wilayahnya dalah Pegunungan. tidak banyak pilihan pekerjaan yang menjanjikan nilai ekonomi tinggi. PNS, Pedagang , wirausahawan juga sedikit dibanding dengan jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Trenggalek.Melatar belakangi tuntutan ekonomi yang ada sebagian Masyarakat Trenggalek yang mencoba mengadu nasibnya pergi ke luar kota, keluar pulau atau bahkan ke luar negeri.

  Dari 152 Desa yang ada  di Kabupaten Trenggalek hampir pasti ada masyarakat yang menjadi TKI/TKW .Desa Dongko Kecamatan Dongko merupakan salah satu kantong TKI /TKW yang ada di Kabupaten Trenggalek. Akan tetapi secara ekonomi Kecamatan Dongko merupakan daerah yang masuk katagori miskin dari 14 Kecamatan yang ada di Kabupaten Trenggalek. dari data tersebut sebenarnya ada masalah. Seharusnya semakin banyak TKI/TKW kehidupan Ekonomi di Dongko lebih maju.Bulan Oktober 2017 Desa Dongko yang merupakan penyumbang TKI/TKW di Kabupaten Trenggalek dijadikan sebagai Desa Desmigratif yang menggandeng beberapa aktivis buruh migran yang ada di sana.

Paguyuban 'Nurani Ibu " merupakan salah satu Paguyuban eks Buruh Migran yang ada di Desa Dongko. Sudah hampir 8 tahun Paguyuban ini telah berdiri dan berkiprah. Bukan waktu yang sedikit untuk sebuah Paguyuban untuk menjadi eksistensi dan konsistensi dalam berorganisasi Dimulai dari rasa keprihatinan yang dirasan oleh Bu Sunarsih, warga Dusun Klangsur Desa Dongko, Paguyuban Nurani Ibu berdiri ditengah masyarakat Desa Dongko. Anggotanya sampai saat ini ada 40 anggota aktif dan 10 anggota pasif yang semuanya merupakan Eks Buruh Migran dan sebagian besar adalah ibu-ibu . Tanggal 22 Desember 2017 bertepatan dengan Hari Ibu, Paguyuban Nurani Ibu merayakan Ulang Tahun ke 9 sekaligus Harlah Buruh Migran Internasional. Jika dilihat dari acaranya akan terlihat sangat sederhana. mereka berkumpul dan saling bercerita. Mungkin yang sedikit istimewa pada Harlah Paguyuban Nurani ibu yang ke 9 ini ada perwakilan Perkumpulan Inisiatif yang sudi hadir adalam acara tersebut.

Di sesi Pertama Ahmad Najib Fasilitator Sepola Desa menyajikan sebuah film pendek berduarasi 6 menit yang menceritakan tentang berbagai pengalaman beberapa orang eks Buruh migran dalam mengorganisir sebuah kelompok eks Buruh migran sampai akhirnya mereka mampu menikmati jerih payah  .Bu Ratna , salah satu anggota Paguyuban Nurani Ibu, menceritakan bagaimana ketika beliau menjadi TKW tahun 1999-2002 di Singapura selama 3 Tahun. Beliau bekerja mulai jam 4 pagi sampai jam 7 malam hanya gara mendapatkan gaji 5 juta itupun harus dilalui dengan "laku prihatin" penghematan yang luar biasa. "kan saya ndak perlu berpakain bagus, jika disana mau membersihkan kamar mandi, saya ke sana pinginnya mung kerja...."ujarnya sambil. Kemuadian ketika pulang ke Indonesia beliau mencoba membuat usaha mulai dari potong rambut(salon), julaan air minum tapi belum bisa dikatakan berhasil akan tetapi tetap bersyukur sampai sekarang masih cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berbeda denga Bu Ratna, Bu Jasih, yang merupakan Asli Jawa Tengah yang bersuamikan oarang Dongko, membuat usaha Ternak Kambing Ettawa yang diambil susunya. Beliau menceritakan bagaiman jatuh bangunnya merintis usaha.
Dari curhatan beberapa anggota Paguyuban Nurani Ibu, Ahmad Gunawan dari Perkumpulan Inisiatif mencoba menggali beberapa hal penting yang bisa dijadikan garis tengah untuk mencari solusi dalam permsalahan yang terjadi di kegiatan Eks Buruh migran tersebut. Secara soliditas Paguyuban Nurani Ibu boleh dikatan sangat bagus dan solid.

Beberapa Kegiatan Pelatihan sudah mulai dilakukan oleh Paguyuban Nurani Ibu, mulai dari Pelatihan jahit, snack, Pembuatan Makanan dan minuman berbahan Susu. yang menjadi permasalahan utama adalah bagaimana Paguyuban ini mempunyai Galeri/ Kios untuk mendisplay dan menjual hasil karya mereka.Contoh kecil. Paguyuban ini sudah mampu mengolah bahan mentah yang ada di lingkungan mereka seperti, kelapa,singkong, pisang untuk dibuat kripik, akan tetapi untuk pemasaran mereka masih kesulitan, secara rasa tidak kalah dengan Produk-produk yang da bahkan seperti sale pisang dan Kripik Pisang (criping) itu sangat enak.

Secara Packing memang Masih sederhana , hanya dibungkus plastik,  mungkin salah satu kelemahan kenapa Produk -produk tersebut masih terkesan "murahan" . Ahmad Gunawan menyampaikan "jika Ibu-ibu siap kami akan mendatangkan Pakar Branding dan Packing dari Trenggalek sekaligus akan membantu pemasaran produk mereka". Paguyuban Nurani sangat berharap di Tahun ini bermimpi bisa memiliki Kios di pinggir jalan , tidak seperti saat ini seluruh Produk Paguyuban masih didisplay di ruang sederhana di sekretariat Paguyuban Nurani Ibu di Dusun Klangsur. Di hari minggu , Tanggal 24 Desember 2017, Paguyuban juga kan melaksanakan kegiatan Perlombaan mewarnai yang diikuti oleh anak-anak yang ditinggal oleh orang tuannya bekerja di luar negeri.Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan menjadi bentuk dukungan perhatian bahwa apapun maslah yang menyangkut Buruh Migran itu adalah tanggung jawab bersama.
Pertemuan kali ini tambah semarak dengan ditutup hidangan makanan khas Dongko, ada sambel cirang, gethengan tempe digoreng dengan tepung gaplek, dan masih banyak lagi yang semuanya disediakan oleh anggota Paguyuban Nurani Ibu.



1 komentar:

  1. Casino: Why is gambling the most dangerous of all
    A casino gambling addict is https://septcasino.com/review/merit-casino/ simply gambling the most dangerous of all other people. A gambler's worrione life is not just about casinosites.one the https://sol.edu.kg/ outcome bsjeon.net of an action,

    BalasHapus